Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal Mula datangnya Kerajaan Jin Harimau Sumatera ke Pulau Jawa, Prahara Perang di Keluarga Maung Bodas

Prahara Perang di Keluarga Maung Bodas
images: pixabay.com

vanszeve.com – Ribuan tahun yang lalu terjadi tragedi besar di Kerajaan Jin Harimau akibat perang saudara yang mengakibatkan banyak korban meninggal. Kerajaan tersebut berada di wilayah Gunung Kerinci, Pulau Sumatera.

Bermula dari meninggalnya raja dari Kerajaan tersebut, Raja itu mempunyai seorang dua anak yang Bernama Rimau Balakosa dan Wagra Syailendra.

Rimau Balakosa merupakan kakak tertua yang secara langsung di nobatkan menjadi raja namun saat itu dia tidak ada di Kerajaan karena sedang melakukan pertapaan di daerah Himalaya.

Tampuk kekuasaan kemudian di serahkan kepada Wagra Syailendra ayah dari Pangeran Wagra Sailang (yang dikenal Maung Bodas) karena Kerajaan tidak boleh kosong untuk waktu yang lama. Raja Wagra Syailendra memerintah Kerajaan dengan arif dan bijaksana sehingga dia dicintai semua rakyatnya.

Pada saat itu agama Islam mulai berkembang pesat di daerah Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, Wagra Syailendra mempunyai anak tertua yang bernama Wagra Ravendra (Singo Barong). Dia merupakan murid dari Lalaroga KusumaDiraga (Pangeran Lodaya).

Wagra Ravendra merasa tidak senang dengan ke-Islaman gurunya itu dan dia juga takut agama itu merambah ke Kerajaannya di Sumatera karena ayahnya teman dekat dengan gurunya tersebut.

Ravendra mencari cara agar agama Islam tidak menyebar luas ke daerah Gunung Kerinci, namun tidak di duga datang makhluk utusan dari Kerajaan Pantai Selatan (Raja: Baruna). Dia memberi ide agar membangunkan Rimau Balakosa dari pertapaanya.

Tiba di suatu tempat sekitaran daerah Himalaya dia menceritakan apa yang terjadi di Kerajaan Kerinci dengan sedikit bumbu fitnahan dari utusan Pantai Selatan, agar emosi Rimau Balakosa meledak-ledak.

Mendengar perkataan tersebut Rimau Balakosa kembali ke Kerajaan Kerinci dengan penuh amarah, dia membuat prahara dan membunuh semua yang menentang dirinya. Ilmu dia sangat tinggi tidak ada yang sanggup untuk menahannya.

Melihat saudaranya melakukan pengrusakan Wagra Syailendra mencoba menghampirinya, dia berkata kenapa anda berbuat seperti ini? Rimau Balakosa menjawab anda tidak berhak menjadi raja dengan cara melakukan kudeta terhadap ayah hingga menewaskanya, seharusnya saya menjadi raja.

Saya tidak mengkudetanya, Ayah sakit kemudian meninggal dan saya mengisi kekosongan menjadi raja sambil menunggu anda pulang dari pertapaan ucap Wagra Syailendra.

Rimau Balakosa tidak mendengar apa yang di ceritakan adiknya, dia tetap terus melakukan pengrusakan dan pembunuhan terhadap prajurit-prajurit Kerajaan.

Melihat kakaknya semakin bringas membuat Wagra Syailendra tidak mau ada pertumbahan darah sesama keluarga, maka dia beserta keluarganya memutuskan untuk pergi meninggalkan Kerajaan.

Dalam perjalanan Rimau Balakosa mengejar Wagra Syailendra hingga dia membunuh istrinya, kejadian itu membuat sedih semua keluarga Wagra, agar tidak bertambah korban Wagra Syailendra memutuskan untuk berpisah, ada yang pergi ke utara menuju daerah Malaya dan dia sendiri pergi ke Pulau Jawa untuk bertemu dengan temannya Pangeran Lodaya untuk meminta perlindungan.

Setelah bertemu dengan Lalaroga Kusuma Diraga, dia menceritakan semua yang terjadi di Kerajaan Kerinci, mendengar muridnya melakukan penghianatan Lodaya sangat marah dan membencinya.

Wagra Syailenda dan keturunannya termasuk Maung Bodas di persilahkan untuk menempati Curug Sawer yang berada di daerah Majalengka untuk bersembunyi dari kejaran Rimau Balakosa.

Disclaimer: Kisah ini adalah cerita yang belum tentu kebenarannya karena berasal dari makhluk gaib yang tidak bisa di jadikan sandaran karena tidak ada bukti yang konkret hanya sebagai penambah wawasan atau hiburan. Cerita ini di ambil dari YouTube M.Hakim Bawazier.