Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sunan Gunung Jati: Pahlawan Penyebar Islam dan Pendidikan di Tanah Jawa

Sunan Gunung Jati: Pahlawan Penyebar Islam dan Pendidikan di Tanah Jawa

Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah adalah salah satu Wali Songo yang dikenal sebagai pahlawan penyebar Islam di tanah Jawa, khususnya di Cirebon. Namun, selain sebagai ulama dan da'i, beliau juga memiliki peran besar dalam bidang pendidikan dan strategi.

 

Dalam sejarahnya, Syekh Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama asli Syarif Abdullah. Ayahnya berasal dari Mesir dan merupakan keturunan ke-17 Rosulullah SAW, sedangkan ibunya adalah Putri Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Muda’im.

 

Syekh Syarif Hidayatullah berkelana untuk belajar agama Islam dan sampai di Cirebon pada tahun 1470 Masehi. Pada tahun 1479, beliau dinobatkan sebagai Raja Cerbon dengan gelar Maulana Jati, atas dukungan Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang dan Kerajaan Demak.

 

Dari masa pemerintahannya itulah, pembangunan infrastruktur Kerajaan Cirebon dimulai, dengan dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Arsitek Demak Raden Sepat. Beberapa bangunan terkenal yang dibangun pada masa itu antara lain Keraton Pakungwati, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, jalan pinggir laut antara Kerajaan Pakungwati dan Amparan Jati serta Pelabuhan Muara Jati.

 

Baca juga: Peran Ir. Soekarno dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan

 

Selain membangun infrastruktur, Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati juga aktif dalam menyebarkan agama Islam ke berbagai lapisan masyarakat. Beliau memimpin Forum Walisongo, sebuah kelompok organisasi yang efektif dijadikan sebagai alat kepentingan dakwah.

 

Tidak hanya berperan dalam bidang agama, Syekh Syarif Hidayatullah juga diakui sebagai ahli strategi. Pada tahun 1526 Masehi, beliau mulai menyebarkan Islam ke Banten dan menjadikannya Daerah Kerajaan Cirebon. Pada tahun yang sama, tentara Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Demak dipimpin oleh Panglima Perang bernama Fatahillah merebut Sunda Kelapa dari Portugis dan memberinya nama baru yaitu Jayakarta.

 

Syekh Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568 Masehi dalam usia 120 tahun dan dimakamkan di Bukit Gunung Jati. Putra dan cucunya tidak sempat memimpin Cirebon karena meninggal terlebih dahulu, sehingga cicitnya yang memimpin setelah beliau.

 

Setelah wafatnya Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, warisan dan pengaruhnya dalam penyebaran agama Islam di Jawa terus berlanjut. Peninggalannya yang terkenal adalah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang menjadi salah satu masjid terbesar di Jawa Barat dan menjadi tempat ziarah bagi umat Islam.

 

Selain itu, pengaruhnya dalam dunia pendidikan juga terus terasa hingga saat ini. Salah satu universitas ternama di Cirebon, Universitas Gunung Jati, mengambil nama dari namanya sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa-jasanya dalam bidang pendidikan.

 

Baca juga: Prabu Siliwangi, Raja Sunda yang Sakti Mandraguna

 

Selain itu, beliau juga dihormati dan dianggap sebagai pemimpin spiritual oleh masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Setiap tahun, pada tanggal 26 Rayagung, diadakan peringatan hari wafatnya Sunan Gunung Jati di Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai daerah.

 

Sunan Gunung Jati juga dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia dan menjadi simbol keberhasilan penyebaran agama Islam di Jawa. Ia merupakan bagian dari Wali Songo, sembilan tokoh ulama yang terkenal dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-15 hingga ke-16.

 

Dalam sejarah Indonesia, Sunan Gunung Jati juga dianggap sebagai salah satu pahlawan nasional dan dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964.

 

Dalam kesimpulannya, Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah merupakan tokoh penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di Jawa, khususnya di Cirebon. Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama yang ahli dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang pendidikan dan strategi. Peninggalannya yang terkenal adalah Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan pengaruhnya dalam dunia pendidikan hingga saat ini. Ia dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia dan menjadi simbol keberhasilan penyebaran agama Islam di Jawa.