Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sepenggal Mitos Asta Dewa di Gunung Semeru

Disclaimer: Artikel ini hanya sebagai mitos yang terjadi di alam gaib, jangan di jadikan sandaran kebenaran hanya untuk penambah wawasan saja.

Asta Dewa adalah salah satu dari sembilan sanghyang yang ada di Pulau Jawa, dia yang menjadi pemimpin dari para sang hyang. ketika muda Asta dewa menuntut ilmu bersama Pangeran Lodaya dan Baruna kepada Gailan. Gailan adalah sebutan untuk makhluk gaib yang tingkat atau ilmu di atas Sanghyang dan tidak lagi mengurusi urusan duniawi.

Sepenggal Mitos Asta Dewa di Gunung Semeru
Mitos Asta Dewa di Gunung Semeru

Ketiganya telah mendapatkan gelar sanghyang dengan menguasai tiga elemen penting, Asta Dewa menguasai udara, Pangeran Lodaya menguasai tanah dan terakhir Barunan menguasai elemen air. Saat ini Aki Lodaya telah keluar dari sanghyang karena sudah memeluk agama Islam setelah bertempur dengan Hasyim Bahadur dari kerajaan Laut Merah.

Sanghyang Asta Dewa tinggal di Gunung Semeru

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa yang letaknya berada di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Konon, mitos Gunung Semeru adalah gunung yang di pindahkan dari Gunung Meru (India) sebagai paku bumi yang di tancapkan di Pulau Jawa.

Asta Dewa sebelumnya tinggal di Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, setelah di nobatkan menjadi ketua para sanghyang dia di persilahkan untuk menempati Gunung Semeru karena gunung tersebut di sakralkan menjadi tempat tinggal para raja. Makhluk gaib menyukai tempat yang tinggi karena itu banyak sekali makhluk gaib yang berilmu tinggi membuat keraton atau kerajaan di puncak gunung.

Putra dan Putri dari Sanghyang Asta Dewa 

Sanghyang Asta Dewa mempunyai beberapa putra dengan gelar "Rahyang", tapi yang paling terkenal adalah Joyo Menggolo (Penguasa Gunung Lawu di Jawa Tengah), Joyo Wiseso (Penguasa Alas Purwo di Jawa Timur) dan Jaya Dharma (Penguasa Gunung Salak di Jawa Barat), mereka di tempatkan di sana mempunyai tugas masing-masing. Rahyang adalah sebutan untuk anak Sanghyang yang sudah memiliki ilmu dan tingkatan tertentu.

Lahirnya Rahyang Jaya Dharma

Saat itu Asta Dewa menjalin hubungan dengan salah satu makhluk yang ada di Pantai Selatan, dia memiliki tubuh naga dan berwajah cantik, dia adalah Dewi Maheswari atau terkenal dengan julukan Nyi Roro Kidul (penguasa pantai selatan bagian barat). 

Nyi Roro Kidul dan Ratu Kidul adalah sosok yang berbeda, Ratu Kidul dengan nama Sanghyang Baruna adalah salah satu sang hyang yang ada di Pulau Jawa. Hubungan mereka tidak di sukai Baruna, suatu ketika Nyi Roro Kidul hamil dan terdengar sampai Baruna, Baruna berkata "Jika nanti anak yang lahir adalah perempuan, maka harus tinggal di isatana pantai selatan, jika lahir anak laki-laki maka harus dibunuh". Perkataan Baruna tersebut membuat Asta Dewa marah, hingga pertempuran yang sangat dahsyat terjadi di Samudra Hindia, pertarungan itu sangat lama dan tidak ada satupun yang kalah. 

Tiba saatnya yang di nanti, Nyi Roro Kidul melahirkan dua bayi laki-laki dan perempuan, Nyi Roro Kidul tidak kehilangan akal, bayi perempuan di bawa ke keraton pantai selatan untuk di rawat, bayi itu di beri nama Dewi Nawang Wulan atau mendapat julukan Dewi Angin-Angin. Sementara bayi laki-laki di serahkan kepada Asta Dewa dengan memerintahkan Joyo Menggolo supaya membawa bayi tersebut ke Gunung Lawu untuk dirawat dan di besarkan. Anak laki-laki itu bernama Rahyang Jaya Dharma (Kuncung Putih).

Baca juga : Sosok Kuncung Putih jin pendamping Prabu Siliwangi 

Sumber : Youtube Chanel (M. Hakim Bawazier)