Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jejak Sejarah Pangeran Wagra Sailang (Maung Bodas): Bertarungnya dengan Prabu Siliwangi dan ke Islamannya

vanszeve.com - Pangeran Wagra Sailang atau lebih di kenal dengan nama Maung Bodas adalah sesosok siluman yang selalu menyerupai harimau atau dalam bahasa sunda Maung, dia berasal dari kerajaan yang berada di wilayah Majalengka, tepatnya di Curug Sawer. 

Sejarah Pangeran Wagrasailang (Maung Bodas) masuk islam
Curug Sawer tempatnya yang sejuk jauh dari pemukiman warga serta airnya yang jernih membuat suasana hati menjadi damai jika anda berkunjung kesana. Di dunia gaib Curug Sawer terdapat sebuah kerajaan harimau yang besar, Maung Bodas mewarisi ilmu serta tahta kerajaan dari ayahnya.

Pangeran Wagrasailang mempunyai beberapa panglima diantaranya, harimau belang, harimau kuning, harimau hitam dan harimau merah yang di sebar di seluruh Pulau Jawa. Tugas para panglima ini untuk menjaga keamanan dan kedamaian dunia gaib di setiap daerah masing-masing.

Pertemuan Maung Bodas dengan Prabu Siliwangi

Sebelum menjadi raja di Kerajaan Pajajaran di tanah Pasundan, Pamanah Rasa selalu berpergian untuk menuntut ilmu kanuragan ke daerah yang belum dia kunjungi. Ketika sedang melakukan perjalanan 

Pamanah Rasa melihat air terjun yang indah, airnya yang sangat jernih di tambah udara yang sejuk membuat Pemanah Rasa berhenti sejenak dari perjalanannya untuk minum air yang terlihat segar dan menikmati pemandangan alam di sekitar.

Kedatangan Pamanah Rasa membuat Pangeran Wagra Sailang merasa terganggu karena kerajaanya terjamah oleh manusia, sifat dari harimau yang gampang marah dan emosi membuat Maung Bodas segera mendatanginya. 

Raja Pajajaran itu yang sedang bersantai tiba-tiba kaget karena di datangi seekor harimau. Pangeran Wagra Sailang kemudian bertanya, siapa anda? kenapa anda datang ke tempat ini?. Pamanah Rasa menjawab "saya sedang melakukan perjalanan, ketika melihat air yang jernih ini dan tenggorokan saya terasa haus sehingga berhenti sejenak untuk minum dan beristirahat".

Karena emosi yang sudah meluap-luap dalam diri Maung Bodas, tanpa banyak basa-basi Pangeran Wagrasailang langsung menyerang Pamanah Rasa, Pertarungan tidak bisa dihindari, jurus-jurus andalan mereka keluarkan hingga Maung Bodas terkena pukulan pada bagian lehernya. 

Siliwangi kemudian mengeluarkan sebuah pusaka andalanya, kujang itu kemudia mengeluarkan cahaya berkilau hingga membuat mata tidak sanggup melihatnya. 

Dalam cahaya itu kemudia keluar sesosok jin yang bernama Kuncung Putih. Pertarungan kembali terjadi antara Kuncung Putih dan Pangeran Wagra Sailang, hingga akhirnya Maung Bodas mengakui kekalahannya.

Pada zaman dahulu, ketika seorang ksatria dapat di kalahkan oleh musuhnya maka dia harus menuruti apa yang di perintahkan oleh si pemenang, oleh karena itu Pamanah Rasa mengajak Maung Bodas untuk membantu dia membasmi kejahatan di tanah Pasundan. 

Bersatunya pembantu Prabu Siliwangi antara Pangeran Wagra Sailang dan Rahyang Jaya Dharma menjadi symbol di wilayah Jawa Barat yaitu harimau dan Kujang.

Setelah Prabu Siliwangi di angkat menjadi raja dan menggabungkan 2 kerajaan besar di Jawa Barat menjadi Kerajaan Pajajaran, banyak sekali kejahatan di tanah Pasundan, merekalah yang selalu membantu Prabu Siliwangi untuk menjaga kedamaian hingga Kerajaan Pajajaran mencapai puncak kejayaanya. 

Ketika Prabu Siliwangi moksa atau menghilang di kawah Gunung Salak, Pangeran Wagrasailang tetap setia bersama Rahyang Jaya Dharma untuk menjaga amanat yang di berikan oleh Prabu Siliwangi. 

Baca juga : Penderitaan Kuncung Putih setelah perang Bubat

Masuk Islam dan pertemuan dengan Raden Kiansantang.

Setelah di tinggalnya Prabu Siliwangi yang melakukan moksa, Maung Bodas hanya mengikuti Rahyang Jaya Dharma kemanapun pergi, ketika Kuncung Putih menunaikan tugasnya untuk mendampingi keturunan Prabu Linggabuana (Prabu Linggawangi) yang jatuh kepada Raden Kiansantang, Maung Bodas juga ikut menghampiri Raden Kiansantang.

Raden Kiansantang mengajukan syarat jika ingin mengikutinya untuk masuk agama Islam, kemudian mereka berdiskusi dan menantang Raden Kiansantang, "jika Raden bisa mengalahkan kami berdua, kami siap masuk Islam", ucap Pangeran Wagrasailang.

Pertempuran terjadi antara Raden Kian Santang dan Rahyang Jaya Dharma (Kuncung Putih), pertarungan yang seimbangpun berlangsung lama, akhirnya pertarungan itu di menangkan oleh Raden Kiansantang dan Kuncung Putih pun mengakui kekalahannya. 

Melihat temannya kalah amarah Maung Bodas meningkat, dia langsung menyerang Raden Kiansantang, pertarungan terjadi lagi semua jurus di keluarkan oleh Maung Bodas, tapi apa daya Raden Kiansantang sangat hebat hingga dia terkena pukulan dan membuat luka di bagian pundaknya.

Karena mereka berdua tidak sanggup melanjutkan pertempuran, akhirnya mereka berdua mengakui kekalahan dari Raden Kiansantang dan bersedia untuk masuk Islam. Kemudian Raden Kiansantang membacakan 2 kalimat syahadat serta di ikuti keduanya, akhirnya mereka berdua telah resmi beragama Islam.

Pangeran Wagra Sailang selalu membantu Raden Kian Santang untuk menyebarkan agama Islam terutama jika Raden mengalami atau mendapat serangan dari makhluk gaib dan sejenisnya. 

Setelah kematian Raden Kiansantang, Maung Bodas bersama Kuncung Putih kembali lagi ke kawah Gunung Salak tempat dimana Prabu Siliwangi moksa, karena mereka sudah berjanji pada Prabu Siliwangi untuk selalu menjaga Keris Naga Runting hingga akhir hayatnya. 

Pangeran Wagra Sailang pernah berkata tidak ada seorangpun yang bisa memlikinya (Maung Bodas palsu yang hanya mengaku-ngaku), kecuali dua orang yaitu Prabu Siliwangi dan Raden Kiansantang, karena dia tidak mempunyai khodam.