Masuk Islamnya Pangeran Lodaya setelah bertarung dengan utusan Kerajaan Laut Merah
Sejarah atau mitos Pangeran lodaya adalah salah satu dari 9 Sanghyang yang ada di Pulau Jawa dengan nama asli Lalaroga Kusuma Diraga, dia memiliki gelar Sanghyang. Dia sejenis makhluk gaib yang memliki ilmu harimau yang sangat tinggi. Keberadaan Pangeran Lodaya menjadi simbol harimau di Jawa Barat.
Kerajaan di Gunung Patuha dan pertempuran dengan Hasyim Bahadur.
Sebelum menguasai hutan Sancang, Pangeran Lodaya pernah mendirikan kerajaan di Gunung Patuha yang terletak di Rancabali, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pada sekitar abad VIII - IX, Dewi Maheswari (Nyi Roro Kidul) dari kerajaan Laut Selatan ingin memperluas wilayahnya ke Pulau Sumatra, hal ini membuat kerajaan Laut Merah khawatir jika sampai menguasai Aceh maka penguasaan Laut Merah menjadi terputus. Kerajaan Laut Merah mengutus Hasyim Bahadur untuk menghalau serangan dari Kerajaan Laut Selatan dan membuat kerajaan kecil di daerah Ujung Kulon.
Baca juga : Sepenggal kisah Hasyim Bahadur bertempur dengan Kerajaan Laut Selatan
Kedatangan utusan Kerajaan Laut Merah membuat 9 Sanghyang yang ada di tanah Jawa merasa terusik terutama Pangeran Lodaya yang saat itu menguasai Pulau Jawa bagian barat. Aki Lodaya mengutus beberapa panglima dan pasukannya untuk menyerang ke Ujung Kulon, Banten.
Penyerangan itu tidak membuahkan hasil, membuat seluruh pasukan Lodaya mati secara mengenaskan. Pangeran Lodaya marah dan kemudian mendatangi Hasyim Bahadur untuk berduel satu lawan satu karena jika bertempur dengan membawa pasukan ia takut membuat pasukannya kembali hancur.
Kabar pertempuran itu sampai kepada 8 Sanghyang sehingga membuat geger alam gaib se Pulau Jawa. Arena pertempuran tersebut berada di sekitar Pelabuhan Ratu, Sukabumi dengan di saksikan Sanghyang Asta Dewa, Sanghyang Antari Kusuma, Dewi Maheswari dan Rahyang Jaya Wisesa yang saat itu masih menjadi bawahan Pangeran Lodaya.
Pertempuranpun terjadi antara Pangeran Lodaya dan Hasyim Bahadur, Aki Lodaya mengeluarkan seluruh ilmu dan pusakanya agar dapat membunuh utusan kerajaan Laut Merah, tapi apa daya tidak ada satupun yang dapat menyentuh Hasyim Bahadur.
Hasyim Bahadur membaca ayat-ayat Al-Qur'an membuat tubuhnya bercaha hingga semua yang ada di sana tidak sanggup untuk melihatnya, di ambilah sebuah ranting kemudian dia pukulkan ranting tersebut ke Aki Lodaya sebanyak 7 kali yang membuat Pangeran Lodaya menjerit kesakitan hingga terjatuh dan mengakui kekalahannya.
Pertempuran berakhir Aki Lodaya dengan tubuh yang terluka dibawa Jaya Wisesa ke keratonya yang ada di Gunung Patuha, disana dia di rawat oleh Jaya Wisesa dan 7 Batari. Luka yang di terima Pangeran Lodaya sangat parah sehingga butuh bertahun-tahun untuk penyembuhannya.
Setelah sembuh banyak sekali perubahan yang terjadi pada Pangeran Lodaya, dia terlihat sering diam dan melamun seperti banyak yang di pikirkannya. Tanpa sepengetahuan 8 Sanghyang Aki Lodaya pergi ke Ujung Kulon dia disana bertemu dengan Hasyim Bahadur untuk menanyakan ilmu apa yang membuat dirinya tak berdaya.
Baca juga : Mitos 9 Sanghyang di tanah Jawa
Pangeran Lodaya tertarik dengan ajaran Islam, kemudian dia membaca 2 kalimat syahadat dan menetap di Ujung Kulon untuk belajar ayat suci Al-Qur'an. Setelah selesai Aki Lodaya kembali ke kerajaanya untuk mengajak bawahanya masuk agama Islam. Banyak sekali pengikutnya yang menolak dan pergi untuk mencari perlindungan sampai ke daerah timur Pulau Jawa.
Kabar tersebut membuat para Sanghyang marah dan murka, di utuslah Sanghyang Braja Dharma (Gunung Galunggung) untuk menghancurkan istana kerajaannya yang ada di Gunung Patuha. Pertempuran terjadi antara Pangeran Lodaya dan Braja Dharma, pertempuran berlangsung sangat lama karena sama-sama kuat sehingga tidak ada pemenangnya, menyadari pertempuran itu dapat menghancurkan dan menggangu ketenraman alam gaib maka di buatlah perjanjian jika Pangeran Lodaya harus pergi dari Gunung Patuha. Lodaya pergi dari istananya beserta pengikutnya yang bergama Islam, kemudian dia mendirikan kerajaan di Hutan Sancang, Garut.